Mardianis

Saya Anies Piliang dari Paninjauan Solok. Merantau ke Bogor. Alhamdulillah, sudah 30 tahun mengadu nasib di Kota Hujan. Saat ini saya bertugas di SMPN 13 Kota B...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pengawas pun Mengapresiasi (Tantangan Menulis Hari ke 7)TantanganGurusiana

Pengawas pun Mengapresiasi (Tantangan Menulis Hari ke 7)TantanganGurusiana

Hari ini Senin, 20-01-2020, ada kunjungan dari dinas pendidikan Kota Bogor. Dinas mengutus beberapa pengawas untuk mendatangi sekolah-sekolah dalam rangka penilaian prestasi kinierja kepala sekolah. Segala sesuatu yang berkaitan dengan berkas-berkas telah dipersiapkan sebelumnya. Bu Hj.Reni sebagai penanggung jawab bidang kurikulun sudah mengimbau guru-guru pengampu 8 standar untuk melengkapi berkas-berkas yang belum ada. Saya dan beberapa teman yang lain pengampu standar isi. Saya terus terang belum begitu paham karena ini pengalaman baru bagi saya. Ada rasa kekhawatiran ketika ditanya oleh pengawas namun hal ini bisa dilewati dengan enjoy dan pengawasnya juga sudah sangat familar. Di antara 8 standar itu ada tentang literasi. Gerakan literasi di sekolah. Nah, salah satu yang menjadi perbincangan pengawas (Pak Kadiyo) adalah buku karya guru yang dipajang di bagian literasi. Buku memoar karya saya. Alhamdulillah, Pak Kadiyo sangat mengapresiasi dan beliau meminta buku saya sebagai contoh. Karena beliau juga sedang belajar menulis. Lama kami berbincang-bincang tentang menulis, dari mengeluarkan ide sampai bagaimana cara menerbitkan buku.

Pengawas saja mau belajar, mengapa kita tidak? Tidak masalah itu mau belajar dengan siapa. Bahkan dari guru pun bisa. Jadi, intinya belajar, belajar, dan belajarlah. Tidak ada batasan usia, tempat, dan waktu untuk menggali ilmu. Tidak salah pepatah mengatakan, tuntutlah ilmu hingga ke negeri Cina.

Jadilah guru pembelajar, jangan hanya diam di tempat atau sudah merasa aman dan nyaman. Dunia ini luas. Anak-anak sangat membutuhkan guru yang selalu menambah wawasan dan ilmunya sehingga kita sebagai guru tetap maju selangkah di depan anak-anak.

Dulu saya lama berdiri di satu tempat, tidak ada motivasi maupun yang memotivasi untuk bangkit lebih baik. Setelah mutasi ke sekolah negeri, mata saya langsung terbuka lebar. Kesempatan-kesempatan untuk memperbaiki diri mengalir deras. Lingkungan yang harmonis pun ikut memicu hingga semangat untuk maju meletup-letup. Sejatinya, motivasi itu datang dan muncul dari diri sendiri. Tidak akan berubah nasib suatu kaum bila kaum itu tidak ingin mengubah nasibnya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Luar biasa

22 Jan
Balas

Masih belajar Bun, hehehe

22 Jan

Masih belajar Bun, hehehe

22 Jan

Masih belajar Bun, hehehe

22 Jan

Wah keren, selamat ya bu Anies.

22 Jan
Balas

Bunda Dalia juga keren, mantap surantap pokoknya mah

22 Jan

Bu, paragraf satu terlalu panjang. Seharusnya, satu ide satu paragraf. Di sana sudah ada empat ide. Jadikan empat paragraf. Maaf ya, Bu.

21 Jan
Balas

Terimakasih atas masukannyamenulis sambil mendengar kajian

21 Jan

Ibuku..maaf itu kl kita nulis di blog..ada utk tag berarti utk paragraf baru ya? Kepo saya. Minta ilmunya. Trmksh

22 Jan

Kalau sudah lain ide, maka tulis dalam paragraf baru. Penulisan paragraf dua cara. Pertama enter saja. Kedua jorokan ke dalam sekitar lima huruf.

23 Jan
Balas



search

New Post