Mardianis

Saya Anies Piliang dari Paninjauan Solok. Merantau ke Bogor. Alhamdulillah, sudah 30 tahun mengadu nasib di Kota Hujan. Saat ini saya bertugas di SMPN 13 Kota B...

Selengkapnya
Navigasi Web
Pagi di Kawah Putih (Tantangan Menulis Hari ke 1) Tantangan Gurusiana

Pagi di Kawah Putih (Tantangan Menulis Hari ke 1) Tantangan Gurusiana

Rencana liburan kali ini ingin mudik ke kampung halaman. Aku sampaikan hal ini kepada anak bujangku.

"Nak, liburan ke kampung aja ya?"tanyaku dengan antusias. "Pulangnya naik apa Bu?" balik anakku yang bertanya. "Naik bus aja"jelasku. "Naik bus, nggak mau ach, maunya pake pesawat aja. Anakku mulai merajuk. Naik pesawat, zaman now, olala...

Karena keuangan tak mengizinkan untuk naik pesawat, diputuskan untuk tidak jadi mudik.

"Bu, kita ke Bandung aja, daripada tidak liburan dan di rumah saja BT, "kata anakku pada suatu pagi. "Iya, udah nanti malam kita berangkat,"jawabku. 'Malam, Mengapa nggak siang aja?"tanya anakku. Sepertinya sudah nggak tahan ingin jalan-jalan. Malam lebih adem sepi, jauh dari ingar bingar. Tidak terjebak dalam kemacetan yang tak pernah berujung.

Malam kira-kira pukul 21.30 kami meluncur menelusuri jalan Cisarua. Dinginya malam menusuk hingga sumsum. Kami berhenti sejenak sekadae menghangatkan tubuh. Semangkuk sekoteng telah di depan mata, hhmmm wanginnya menelisik rongga hidung.

Sekoteng

Sendiri menikmati sekoteng dalam peluk dingin merasuk hingga pori-pori

Eksotik rasanya menggigit tengah malam di Masjid At-Ta'awun

Kemilau lampu-lampu jalanan menambah indahnya pemandangan alam nan asri, aroma kebun teh menyelinap di hidung bangir. Kebun teh

Objek wisata ini sangat ramai, digemari penduduk lokal dan luar daerah, sebagai tempat transit, mengurai lelah setelah menempuh perjalanan panjang

Teh hangat, kopi pahit, dan manis, sekoteng juga ada, penetralisir dingin yang menusuk

Embusan angin semakin mengusik, rasa lapar pun menghantui

Nanar mata memandang sekitar, pandangan berhenti pada sebuah keluarga yang sedang asyik menyeduh, menyeruput sekoteng hangat, alangkah bahagianya mereka

Gurat-gurat keharmonisan menyatu di wajah-wajah yang kemayu

Setelah semamgkuk sekoteng menghangatkan tubuh, kami melanjutkan perjalanan ke Kota Bandung. Tujuan pertama adalah Lembang. Karena di Lembang suami telah menunggu usai acara workshop para kepala sekolah SDN se-Bogor Tengah.

Alhamdulillah, sampai di Lembang sebelum masuk waktu salat subuh. Istirahat sebentar di halaman masjid menunggu azan subuh berkumandang. Tidak jauh dari tempat penginapan suami. Kira-kira 1 KM dari masjid.

Karena masih subuh, anak semata wayangku melanjutkan tidurnya di penginapan. Mumpung waktu cek outnya masih lama, pukul 12.00. Memgapa tidak dimanfaatkan? Sayangkan, kalau kita bayar sendiri, hehehe. Azaz manfaat.

Tujuan wisata kali ini ke Kawah Putih Ciwidey. Sebenarnya dua tahun terakhir berturut-turut, setiap awal tahunnya kami ingin mengunjungi Kawah Putih. Namun tak pernah sampai ke Kawah Putihnya. Terjebak macet parah. Pertengahan jalan putar haluan. Pernah juga sudah hampir sampai ke Kawah Putih, tiba di sana sudah mau tutup.

Kalau hari ini mau berangkat tidak akan memungkinkan, waktunya sudah siang.

Kami melanjutkan perjalanan ke rumah saudara di Buah Batu. Sudah lama juga saudara bermukim di sini. Kegiatannya sehari-hari berjualan sate padang. Omsetnya Alhamdulillah sangat menjanjikan. Terbukti dari tempat tinggalnya yang 3 lantai.

Istirahat melepas lelah hingga sore. Malamnya kami keluar menikmati satenya yang luarbiasa, menggugah selera.Esok harinya kami bersiap berangkat menuju Kawah Putih.

Alhamdulillah, akhirnya pukul 08.15 kami mengijakkan kaki di Kawah Putih Ciwidey. Banyak juga pengunjungnya. Ternyata kami bukanlah pengunjung yang pertama datang. Di area parkir sudah berjejer mobil dari segala merek dan berbagai tipe.

Bau belerang mengusik rongga hidung. Untunglah, di tempat pembelian sudah disediakan masker. Hawanya tidak enak. Kami melihat-lihat sebentar. Tidak lama kami meninggalkan lokasi yang semakin siang semakin padat. Hanya sekadar menjawab rasa penasaran yang menghantui selama ini. Kami beranjak dari Kawah Putih memudian berhenti sejenak menikmati indahnya kebun strawbery. Petik sendiri, hasil petikan 1 kg 80 ribu. Karena keasyikan memetik strawberi tidak terasa setelah ditimbang sampai 2 kg an. Subhanallah, demi strawberi terpaksa merogoh kocek 175 ribu. Waauuu.....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Sukses, Anies

15 Jan
Balas

Tarimokasih uni, semoga sehat terus ya

22 Jan

Liburan hebat bu..

15 Jan
Balas

Alhamdulillah, salam sehat selalu

22 Jan



search

New Post